Diberdayakan oleh Blogger.
Selamat Datang di Blog Agama Minahasa... Selamat Membaca... Semoga Mendapatkan Pencerahan Hikmat dan Kebijaksanaan dari Amang Kasuruan...

Sumpah Paling Awal dan Paling Utama Orang Malesung-Minahasa

Inilah yang membuat orang Minahasa sangat menghargai sesama manusia karena dalam ajaran Minahasa, ada aturan yang mengatakan bahwa semua manusia itu sama, tidak boleh disembah dan tidak boleh menyembah sesama manusia. Ajaran ini tertuang dalam sumpah paling awal dan paling utama orang Malesung-Minahasa. Awalnya, keturunan Toar dan Lumimuut sudah membentuk suatu masyarakat dan memiliki sistem sosial juga pemerintahan sendiri. Dengan berdasarkan amanat dari Si Empung, orang Minahasa mula-mula (disebut orang Malesung) membuat satu sumpah yang mengikat selama-lamanya diantara sesama orang Malesung. Sumpah itu berbunyi:
Si tou peleng masuat mapute waya, Cawana se parukuan wo cawana se pakuruan
 Yang artinya:
Manusia semua sama setara dan sederajat, Tidak ada yang menyembah dan tidak ada yang disembah
Leon Manua - Watu Tiwa Toar Lumimuut
Watu Tiwa Toar Lumimuut
Keturunan awal Toar dan Lumimuut kemudian mengabadikan sumpah ini dalam bentuk goresan-goresan atau simbol-simbol pada sebuah batu menhir, batu itu kemudian menjadi media pengingat antara keturunan awal Toar dan Lumimuut dengan generasi selanjutnya. Batu itu disebut Watu Tiwa yang artinya batu tempat bersumpah.

Watu Tiwa terletak di pemukiman awal orang Malesung-Minahasa, tempat yang disebut Tuur in Tana berlokasi di pegunungan Wulur Ma'atus. Lokasi ini sekarang berada di Desa Pinaesaan, Tompaso Baru, Kabupaten Minahasa Selatan.

Itulah batu penanda awal eksistensi orang Malesung-Minahasa. Para leluhur yang mengangkat sumpah itu adalah mereka yang mewakili tiga kelompok keturunan Toar dan Lumimuut, yaitu Makarua Siow, Makatelu Pitu, dan Pasiowan Telu. Ketiga keturunan Toar  dan Lumimuut ini kemudian membentuk satu sistem sosial dengan membagi tugas mereka. Makarua Siow bertugas sebagai pemimpin agama (Walian), Makatelu Pitu bertugas sebagai pemimpin adat dan prajurit perang (Tonaas dan Waraney), dan Pasiowan Telu bertugas sebagai pekerja (Sering juga ada yang menjadi prajurit perang atau Waraney).

Leon Manua di Watu Tiwa Toar Lumimuut
Penulis di Watu Tiwa Toar Lumimuut
Ketiga kelompok ini menjalin hubungan berdasarkan sumpah mereka. Tidak ada kelompok yang lebih tinggi derajatnya dan tidak ada kelompok yang lebih rendah derajatnya, karena pengelompokan ini hanya untuk pembagian kerja, bukan untuk pembagian kelas sosial atau kasta. Mereka hidup saling ketergantungan. Kelompok Makarua Siow sebagai pemimpin ritual agama, mengadakan ritual untuk berhubungan dengan Si Empung dan didampingi oleh para Tonaas dan keperluan ritual disediakan oleh kelompok Pasiowan Telu. Begitu juga dengan kelompok Makatelu Pitu yang bertugas memimpin ritual adat, dibantu para Walian dan Pasiowan Telu.

Semua kegiatan sosial orang Malesung-Minahasa berjalan dengan sumpah yang  dipegang dan diingatkan turun temurun. Sumpah ini kemudian yang mengikat orang Minahasa sampai saat ini.

Ajaran Minahasa Tentang Tuhan (Bagian 1)

Bukan untuk mengatakan bahwa Minahasa memiliki "Tuhan" sendiri dan terpisah dengan "Tuhan" agama lain, tapi keyakinan tentang Tuhan itu adalah keyakinan universal yang bisa kita temui dalam berbagai agama dan kepercayaan di dunia. Secara filosif, sudah banyak tulisan-tulisan mengenai agama purba Minahasa. Bahkan seorang penulis N. Graafland mengatakan bahwa agama purba Minahasa tidak dapat diletakan di tingkat paling rendah dari konsep agama purba. Kemungkinan Graafland menemukan sesuatu yang tidak bisa dianggap rendah dari konsep agama Minahasa. Apa yang sebenarnya ditemukan Graafland tentang kosnep agama purba Minahasa? Yaitu konsep tentang Tuhan.

Bukan hanya Graafland, tapi semua peneliti Minahasa sepakat mengatakan bahwa agama purba Minahasa bersifat Monotheist (Menyembah satu Tuhan). Bahkan Graafland menemukan bahwa orang Minahasa memanggil Tuhan bukan dengan sebutan sebuah nama, tapi dengan sebutan gelar seperti Empung Wailan Wangko yang berarti Tuhan Maha Besar. Berikut ini gelar-gelar sebutan orang Minahasa yang menunjukan bahwa itulah pribadi Tuhan:
  1. Amang Kasuruan (Bapa sumber kehidupan).
  2. Si Empung (Menunjukan bahwa penyebut kata ini sedang mengatakan "Tuhan" pada orang lain).
  3. Opo Wananatas (Opo = Paling Tua, Wananatas = yang berada di atas segalanya).
  4. Opo Empung (Tuhan yang menjadi orang tua manusia).
Leon Manua - Ritual Sumempung untuk bersyukur kepada Tuhan
Seorang Walian (Pemimpin Agama Minahasa) Sedang Berdoa Untuk Membuka Upacara Syukur
Pemakaian kata-kata tersebut tergantung pada orang-orang di suku tertentu. Misalnya suku Tontemboan lebih cenderung menyebut gelar Amang Kasuruan, suku Tombulu lebih cenderung menyebut gelar Opo Empung, suku Tonsea dan Toulour cenderung menyebut gelar Opo Wananatas.

Bagaimana sebenarnya konsep Tuhan yang dimengerti orang Minahasa? Orang Minahasa memandang Tuhan sebagai sumber dari segalanya yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, sebagai pencipta alam semesta, dan sebagai penyelamat manusia.

Sedangkan, orang Minahasa memiliki konsep sendiri tentang karakter dari Tuhan. Artinya, orang Minahasa mengenal Tuhan dari pekerjaan yang Dia lakukan bagi manusia. Berikut ini tiga karakter Tuhan dalam ajaran Minahasa:
  1. Empung Manembo, yaitu sebutan untuk Tuhan yang selalui memelihara, menjaga, dan menopang manusia dalam kehidupan.
  2. Empung Manalinga, yaitu sebutan untuk Tuhan yang selalu mendengar doa manusia, keluhan, serta semua perkataan manusia yang dikatakan lewat mulut maupun perkataan hati.
  3. Empung Renga-Rengan, yaitu sebutan untuk Tuhan yang selalu ada di dekat manusia.
Orang Minahasa percaya bahwa Tuhan bekerja sangat istimewa. Juga orang Minahasa meyakini bahwa seluruh ciptaan Tuhan adalah setara dan sederajat. Oleh karena itu, orang Minahasa percaya bahwa alam semesta memiliki kemampuan yang unik untuk menampakan pekerjaan Tuhan. Maka itu, orang Minahasa yang masih berpegang teguh pada ajaran asli, tidak akan merusak alam. Keyakinan orang Minahasa, manusia berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menjawabnya melalui tanda-tanda yang terjadi di alam.

Pengenalan akan Tuhan sangat penting bagi orang Minahasa sehingga sejak manusia lahir, orang Minahasa melakukan upacara khusus untuk bersyukur dan berdoa kepada Tuhan. Begitupun lingkaran hidup orang Minahasa yang asli yaitu nafas adalah doa kepada Tuhan. Sedangkan doa orang Minahasa mengandung dua hal, yaitu syukur dan permohonan.

Selamat Datang di Blog Agama Minahasa

Leon Manua - Tonaas Minahasa

Mungkin bagi sebagian besar orang kaan kaget jika Minahasa bisa juga disebut sebagai satu Agama. Secara teoritis, Minahasa memiliki kepercayaan yang khas dan beraturan (seperti pengertian etimologi dari kata "agama" yaitu tidak kacau). Secara historis, Minahasa punya satu panutan yang bisa dijadikan sebagai argumen utama untuk menyebutkan bahwa Minahasa adalah satu agama yang punya sistem sendiri dan berbeda dengan agama lainnya.

Di blog ini, kita akan mencoba memberikan pengenalan dasar maupun lanjutan tentang Agama Minahasa. Mulai dari argumen utama, ajaran inti, ajaran dasar, ajaran hidup, dan lainnya. Hidup sebagai seorang Minahasa berarti hidup untuk menyembah kepada satu Pencipta - yang dalam bahasa Indonesia disebut Tuhan, dalam bahasa Minahasa disebut Amang Kasuruan Wailan Wangko dan gelar lainnya seperti Si Empung Wailan Wangko, dan Opo Wananatas.

Semoga melalui pemaparan kami, anda bisa tercerahkan secara spiritual dan intelektual mengenai apa sebenarnya Agama Minahasa itu. Doa dan dukungan anda serta kritik dan saran selalu kami nantikan sebagai satu hal yang bermakna. Tabea.