Sumpah Paling Awal dan Paling Utama Orang Malesung-Minahasa
Inilah yang membuat orang Minahasa sangat menghargai sesama manusia karena dalam ajaran Minahasa, ada aturan yang mengatakan bahwa semua manusia itu sama, tidak boleh disembah dan tidak boleh menyembah sesama manusia. Ajaran ini tertuang dalam sumpah paling awal dan paling utama orang Malesung-Minahasa. Awalnya, keturunan Toar dan Lumimuut sudah membentuk suatu masyarakat dan memiliki sistem sosial juga pemerintahan sendiri. Dengan berdasarkan amanat dari Si Empung, orang Minahasa mula-mula (disebut orang Malesung) membuat satu sumpah yang mengikat selama-lamanya diantara sesama orang Malesung. Sumpah itu berbunyi:
Keturunan awal Toar dan Lumimuut kemudian mengabadikan sumpah ini dalam bentuk goresan-goresan atau simbol-simbol pada sebuah batu menhir, batu itu kemudian menjadi media pengingat antara keturunan awal Toar dan Lumimuut dengan generasi selanjutnya. Batu itu disebut Watu Tiwa yang artinya batu tempat bersumpah.
Watu Tiwa terletak di pemukiman awal orang Malesung-Minahasa, tempat yang disebut Tuur in Tana berlokasi di pegunungan Wulur Ma'atus. Lokasi ini sekarang berada di Desa Pinaesaan, Tompaso Baru, Kabupaten Minahasa Selatan.
Itulah batu penanda awal eksistensi orang Malesung-Minahasa. Para leluhur yang mengangkat sumpah itu adalah mereka yang mewakili tiga kelompok keturunan Toar dan Lumimuut, yaitu Makarua Siow, Makatelu Pitu, dan Pasiowan Telu. Ketiga keturunan Toar dan Lumimuut ini kemudian membentuk satu sistem sosial dengan membagi tugas mereka. Makarua Siow bertugas sebagai pemimpin agama (Walian), Makatelu Pitu bertugas sebagai pemimpin adat dan prajurit perang (Tonaas dan Waraney), dan Pasiowan Telu bertugas sebagai pekerja (Sering juga ada yang menjadi prajurit perang atau Waraney).
Ketiga kelompok ini menjalin hubungan berdasarkan sumpah mereka. Tidak ada kelompok yang lebih tinggi derajatnya dan tidak ada kelompok yang lebih rendah derajatnya, karena pengelompokan ini hanya untuk pembagian kerja, bukan untuk pembagian kelas sosial atau kasta. Mereka hidup saling ketergantungan. Kelompok Makarua Siow sebagai pemimpin ritual agama, mengadakan ritual untuk berhubungan dengan Si Empung dan didampingi oleh para Tonaas dan keperluan ritual disediakan oleh kelompok Pasiowan Telu. Begitu juga dengan kelompok Makatelu Pitu yang bertugas memimpin ritual adat, dibantu para Walian dan Pasiowan Telu.
Semua kegiatan sosial orang Malesung-Minahasa berjalan dengan sumpah yang dipegang dan diingatkan turun temurun. Sumpah ini kemudian yang mengikat orang Minahasa sampai saat ini.
Si tou peleng masuat mapute waya, Cawana se parukuan wo cawana se pakuruanYang artinya:
Manusia semua sama setara dan sederajat, Tidak ada yang menyembah dan tidak ada yang disembah
Watu Tiwa Toar Lumimuut |
Watu Tiwa terletak di pemukiman awal orang Malesung-Minahasa, tempat yang disebut Tuur in Tana berlokasi di pegunungan Wulur Ma'atus. Lokasi ini sekarang berada di Desa Pinaesaan, Tompaso Baru, Kabupaten Minahasa Selatan.
Itulah batu penanda awal eksistensi orang Malesung-Minahasa. Para leluhur yang mengangkat sumpah itu adalah mereka yang mewakili tiga kelompok keturunan Toar dan Lumimuut, yaitu Makarua Siow, Makatelu Pitu, dan Pasiowan Telu. Ketiga keturunan Toar dan Lumimuut ini kemudian membentuk satu sistem sosial dengan membagi tugas mereka. Makarua Siow bertugas sebagai pemimpin agama (Walian), Makatelu Pitu bertugas sebagai pemimpin adat dan prajurit perang (Tonaas dan Waraney), dan Pasiowan Telu bertugas sebagai pekerja (Sering juga ada yang menjadi prajurit perang atau Waraney).
Penulis di Watu Tiwa Toar Lumimuut |
Semua kegiatan sosial orang Malesung-Minahasa berjalan dengan sumpah yang dipegang dan diingatkan turun temurun. Sumpah ini kemudian yang mengikat orang Minahasa sampai saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar