Ajaran Minahasa Tentang Tuhan (Bagian 1)
Bukan untuk mengatakan bahwa Minahasa memiliki "Tuhan" sendiri dan terpisah dengan "Tuhan" agama lain, tapi keyakinan tentang Tuhan itu adalah keyakinan universal yang bisa kita temui dalam berbagai agama dan kepercayaan di dunia. Secara filosif, sudah banyak tulisan-tulisan mengenai agama purba Minahasa. Bahkan seorang penulis N. Graafland mengatakan bahwa agama purba Minahasa tidak dapat diletakan di tingkat paling rendah dari konsep agama purba. Kemungkinan Graafland menemukan sesuatu yang tidak bisa dianggap rendah dari konsep agama Minahasa. Apa yang sebenarnya ditemukan Graafland tentang kosnep agama purba Minahasa? Yaitu konsep tentang Tuhan.
Bukan hanya Graafland, tapi semua peneliti Minahasa sepakat mengatakan bahwa agama purba Minahasa bersifat Monotheist (Menyembah satu Tuhan). Bahkan Graafland menemukan bahwa orang Minahasa memanggil Tuhan bukan dengan sebutan sebuah nama, tapi dengan sebutan gelar seperti Empung Wailan Wangko yang berarti Tuhan Maha Besar. Berikut ini gelar-gelar sebutan orang Minahasa yang menunjukan bahwa itulah pribadi Tuhan:
- Amang Kasuruan (Bapa sumber kehidupan).
- Si Empung (Menunjukan bahwa penyebut kata ini sedang mengatakan "Tuhan" pada orang lain).
- Opo Wananatas (Opo = Paling Tua, Wananatas = yang berada di atas segalanya).
- Opo Empung (Tuhan yang menjadi orang tua manusia).
Seorang Walian (Pemimpin Agama Minahasa) Sedang Berdoa Untuk Membuka Upacara Syukur |
Pemakaian kata-kata tersebut tergantung pada orang-orang di suku tertentu. Misalnya suku Tontemboan lebih cenderung menyebut gelar Amang Kasuruan, suku Tombulu lebih cenderung menyebut gelar Opo Empung, suku Tonsea dan Toulour cenderung menyebut gelar Opo Wananatas.
Bagaimana sebenarnya konsep Tuhan yang dimengerti orang Minahasa? Orang Minahasa memandang Tuhan sebagai sumber dari segalanya yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, sebagai pencipta alam semesta, dan sebagai penyelamat manusia.
Sedangkan, orang Minahasa memiliki konsep sendiri tentang karakter dari Tuhan. Artinya, orang Minahasa mengenal Tuhan dari pekerjaan yang Dia lakukan bagi manusia. Berikut ini tiga karakter Tuhan dalam ajaran Minahasa:
- Empung Manembo, yaitu sebutan untuk Tuhan yang selalui memelihara, menjaga, dan menopang manusia dalam kehidupan.
- Empung Manalinga, yaitu sebutan untuk Tuhan yang selalu mendengar doa manusia, keluhan, serta semua perkataan manusia yang dikatakan lewat mulut maupun perkataan hati.
- Empung Renga-Rengan, yaitu sebutan untuk Tuhan yang selalu ada di dekat manusia.
Orang Minahasa percaya bahwa Tuhan bekerja sangat istimewa. Juga orang Minahasa meyakini bahwa seluruh ciptaan Tuhan adalah setara dan sederajat. Oleh karena itu, orang Minahasa percaya bahwa alam semesta memiliki kemampuan yang unik untuk menampakan pekerjaan Tuhan. Maka itu, orang Minahasa yang masih berpegang teguh pada ajaran asli, tidak akan merusak alam. Keyakinan orang Minahasa, manusia berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menjawabnya melalui tanda-tanda yang terjadi di alam.
Pengenalan akan Tuhan sangat penting bagi orang Minahasa sehingga sejak manusia lahir, orang Minahasa melakukan upacara khusus untuk bersyukur dan berdoa kepada Tuhan. Begitupun lingkaran hidup orang Minahasa yang asli yaitu nafas adalah doa kepada Tuhan. Sedangkan doa orang Minahasa mengandung dua hal, yaitu syukur dan permohonan.
Ayah saya seorang Tontemboan ibu saya Tombulu.. bahasa ibu saya adalah Tombulu, masih penutur asli Tombulu yang bisa berbahasa Tontemboan sedikit.. saya sering berkomunikasi dengan orang Tondano dan Tonsea, sementara saat ini sedikit melakukan perbandingan bahasa dari keempat suku ini,,
BalasHapushmm,, saya kira orang Tonsea tidak pernah menggunakan kata Wananatas.. Tapi dengan kata Mena natas, sedangkan orang Tondano pasti menyebutnya Mana natas.. Kata Wana itu berasal dari kata Tombulu.. seperti lagu Opo Wana Natas e itu berasal dari Tombulu..
Wana/Mena/Mana adalah kata penunjuk yang artinya 'di' namun menunjukkan letak kejauhan.. lawannya kata 'wia' yang berarti 'di' tapi menunjukkan kedekatan..